Posts

Showing posts from January, 2020

Tugas kekasih

Malam tak begitu malam, kekasih Karena rinduku akan selalu pagi Melukis horison dengan senyummu Membuatku tetap terjaga Dan menyebut namamu dalam doa Adalah tugasku tiap malam

Jingga

Tak bisa ku nyalakan jingga Karena senja tak bisa ku jaga Senjamu sudah bukan senjaku  Ia berubah malam Gelap gulita tak bercahaya Hanya berteman sepercik kejora Menyampaikan sebagian rinduku Yang hanya sampai depan pintu Pintu yang lapuk termakan harapan

Pelukan

Aku ingin memelukmu malam ini Sebagai balasan dari kepergianmu waktu lalu Tanpa sempat kau katakan apa kurangku Kau pergi tanpa menempuh jarak Hanya memberi batas atas gerakku Aku ingin memelukmu malam ini Memeluk bayangan yang sangat ku benci

Pola Haru

Jangan salahkan rindu      Ia tak salah          Salahkan bisu              Karenanya aku dan kamu                  Tak kunjung bertemu                  Sekarang bersama              Karenanya kamu dan dia          Salahkan kata      Ia tak salah Jangan salahkan cinta

Aku

Aku menengadah Memeluk erat bayangan itu Sekelebat kain tipis menutupi binarnya Mata teduhnya begitu mendamaikan Hingga aku menemukan ke-aku-an dalam diriku sendiri Isak seribu roh jahat menggumam dalam diri lelaki itu, aku Menemukan aku dalam palung tak berujung, aku Gelap Hitam pekat Aku

Sesal di Ketinggian

Kita saling mengunci, kekasih Kau bersama dia yang kau cintai Aku bersama sepi Bagaimana caraku merindumu Sedang kau melempar sunyi Tak ingin aku merindui Tapi senyummu semakin deras memercik Hanya kopi penggantimu malam ini Secarik kertas bias wajahmu malam ini Walau semestinya aku yang menemanimu duduk di kursi itu walau seharusnya aku yang memakaikan cincin itu padamu Tak apa, kekasih Biarlah Setidaknya cangkir kita pernah bersanding satu meja Kala itu… di ketinggian

Semusim Lagi

Musim ini hujan begitu deras Meneteskan ketidakpastian Mengikis perlahan keinginan Menghempas lepas ayunan taman Tak ada angin yang tak meluapkan amarah Atau mungkin saja bukan amarah Tapi sumpah serapah  Atau mungkin sapaan pada arah Yang pernah menghianati langkah  Musim depan adalah musim semi Mimpi yang tak jadi mimpi Musim depan adalah musim gugur Mereka bilang realita sudah terkubur Musim depan adlah musim dingin asa yang kehilangan ingin Dan semusim lagi, senyum itu telah usai ditulis dalam buku yang tak pernah usai, seperti api yang akan padam walau neraka tak akan padam

Sesal

Dia menyendiri bukan untuk melupakan tapi untuk meluapkan Karena sesal dan kesal tak jarang berujung binal Rinjani ia peluk berkali-kali demi renjana Pahit membuat dirinya terpahat Cendala menjadikannya cendana Gelap adalah penyebab dirinya kalap Namun cahaya hanya akan nampak jika gelap telah menapak

Miskin untuk Menikmati

             Banyak orang yang mempunyai keinginan untuk jadi kaya, punya banyak uang, tajir melintir, punya banyak mobil, dan bahkan punya pesawat pribadi. Aku kira tak hanya banyak, bahkan hampir semua orang ingin seperti itu. Orang orang beranggapan bahwa punya banyak harta adalah segalanya, berjuang mati-matian, berebut mengorbankan apapun demi harta. Materialisme seakan sudah menjadi ideologi bahkan menjadi agama yang menjadi jalan hidup. Ingin punya segalanya adalah karakter khas manusia, bukan hanya manusia modern tapi juga manusia jaman dahulu bahkan sejak jaman kenabian Adam.              Apakah semua orang seperti itu? aku kira tidak. Selain Nabi dan Rosul pun ada orang orang yang tak menginginkan semua itu. Tak semua orang yang memiliki banyak harta bisa menikmati kekayaan mereka, banyak yang justru tertekan dan merasa tak bahagia. Mereka terlalu khawatir akan kehilangan hartanya atau karena sudah terlalu...