Miskin untuk Menikmati
Banyak orang yang mempunyai keinginan untuk jadi kaya, punya banyak uang, tajir melintir, punya banyak mobil, dan bahkan punya pesawat pribadi. Aku kira tak hanya banyak, bahkan hampir semua orang ingin seperti itu. Orang orang beranggapan bahwa punya banyak harta adalah segalanya, berjuang mati-matian, berebut mengorbankan apapun demi harta. Materialisme seakan sudah menjadi ideologi bahkan menjadi agama yang menjadi jalan hidup. Ingin punya segalanya adalah karakter khas manusia, bukan hanya manusia modern tapi juga manusia jaman dahulu bahkan sejak jaman kenabian Adam.
Apakah semua orang seperti itu? aku kira tidak. Selain Nabi dan Rosul pun ada orang orang yang tak menginginkan semua itu. Tak semua orang yang memiliki banyak harta bisa menikmati kekayaan mereka, banyak yang justru tertekan dan merasa tak bahagia. Mereka terlalu khawatir akan kehilangan hartanya atau karena sudah terlalu biasa memperoleh segala kemewahan dan segala yang mereka inginkan terpenuhi.
Hakikat sebenarnya yang diinginkan manusia adalah nikmat. Apapun yang diusahakan manusia bukankan muara atau tujuannya adalah kenikmatan? entah itu di dunia atau kehidupan setelahnya. Kenikmatan dari punya harta tak hanya dirasakan oleh orang orang kaya, justru aku melihat bahwa secara psikologis dan ruhani orang orang yang dianggap miskin oleh dunia modern justru mereka yang paling menikmati punya harta. Mengapa bisa seperti itu? ada beberapa alasan yang aku pahami
Pertama, terbiasa dengan keadaan sulit. Aku sebut itu "ilmu biasa" Sama seperti ketika kita kehausan kita akan mendapatkan nikmat yang luar biasa ketika kita minum walaupun hanya segelas air putih. Kedua, Pikiran yang positif pada alam, pada dirinya sendiri, dan pada Tuhan yang kemudian menimbulkan rasa syukur. Ketiga, sosial yang tinggi. ribuan tawon akan mengalahkan satu ekor gajah, satu nasib menjadikan terbentuknya ikatan yang menumbuhkan rasa peduli, dan kebersamaan yang membuat saling berbagi. Mereka orang kaya yang sesungguhnya.
Pada akhirnya aku hanya ingin mengatakan bahwa hakikatnya manusia tak punya apa apa, miskin atau kaya hanyalah kehendak Tuhan pada hambanya, banyak atau tidak harta yang dimiliki tergantung cara kita bisa menikmati atau tidak. Berkerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja.
Apakah semua orang seperti itu? aku kira tidak. Selain Nabi dan Rosul pun ada orang orang yang tak menginginkan semua itu. Tak semua orang yang memiliki banyak harta bisa menikmati kekayaan mereka, banyak yang justru tertekan dan merasa tak bahagia. Mereka terlalu khawatir akan kehilangan hartanya atau karena sudah terlalu biasa memperoleh segala kemewahan dan segala yang mereka inginkan terpenuhi.
Hakikat sebenarnya yang diinginkan manusia adalah nikmat. Apapun yang diusahakan manusia bukankan muara atau tujuannya adalah kenikmatan? entah itu di dunia atau kehidupan setelahnya. Kenikmatan dari punya harta tak hanya dirasakan oleh orang orang kaya, justru aku melihat bahwa secara psikologis dan ruhani orang orang yang dianggap miskin oleh dunia modern justru mereka yang paling menikmati punya harta. Mengapa bisa seperti itu? ada beberapa alasan yang aku pahami
Pertama, terbiasa dengan keadaan sulit. Aku sebut itu "ilmu biasa" Sama seperti ketika kita kehausan kita akan mendapatkan nikmat yang luar biasa ketika kita minum walaupun hanya segelas air putih. Kedua, Pikiran yang positif pada alam, pada dirinya sendiri, dan pada Tuhan yang kemudian menimbulkan rasa syukur. Ketiga, sosial yang tinggi. ribuan tawon akan mengalahkan satu ekor gajah, satu nasib menjadikan terbentuknya ikatan yang menumbuhkan rasa peduli, dan kebersamaan yang membuat saling berbagi. Mereka orang kaya yang sesungguhnya.
Pada akhirnya aku hanya ingin mengatakan bahwa hakikatnya manusia tak punya apa apa, miskin atau kaya hanyalah kehendak Tuhan pada hambanya, banyak atau tidak harta yang dimiliki tergantung cara kita bisa menikmati atau tidak. Berkerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja.
Comments
Post a Comment