Surat untuk Jarak
Sebelumnya aku ingin meminta maaf untuk langkah yang pernah terarak
Berjalan denganmu menghilangkan banyak sesak
Aku merasa saat itu Tuhan sedang menepuk pundak
Ya, pundak ku yang kecil dan berkerak
Mungkin aku yang terlalu naif mengira kabut pagi hari tak akan hilang
Aku memang terlalu bodoh mengira senja tak akan meremang
Senyum yang kukira kekal ternyata berubah di antara ilalang
Peluk yang hangat menjelma tusukan pedang
Tapi, terimakasih
Aku kau anggap sebagai langit pagi yang indah, walau lelaki itu kau anggap matahari yang kekal
Kau anggap aku senja yang indah walau tergantikan bulan abadi
Terimakasih telah dekat walau akhirnya tak terlihat
Comments
Post a Comment